Selasa, 29 Juli 2008

Sebuah Perenungan



“wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…An Nuur : 26”.


Sepenggal Ayat Suci Al Quran yang membuatku terhenti dan menatap kebagian tulisan itu agak lama. Peristiwa itu kualami ketika sedang blogwalking dan membaca salah satu tulisan diblognya Mas Wipy, pembawacerita.wordpress.com. Firman Allah yang terasa menusuk kedalam sanubariku.


Apakah aku tergolong dalam laki-laki yang baik itu?


Kembali teringat ketika Pak Pres, Henderi, berkata kepadaku, “Tom, mencari ‘bidadari’ itu ibarat bercermin. Apa yang kau lihat didalam cermin, itulah yang akan kau dapatkan. Kalau kau ingin mendapatkan yang lebih baik, perbaikilah dirimu dulu. Jikalau kau merasa sudah menjadi seseorang yang lebih baik, bercerminlah dan lihatlah dirimu kembali. Apakah kamu sudah menjadi seseorang yang lebih baik seperti yang kau rasakan.”


Apakah aku tergolong dalam laki-laki yang baik itu?


Teringat buku La Tahzan karya Dr. ‘Aidh al-Qarni, Yaitu salah satu bagian tentang Muhasabahlah diri Anda sendiri. Disitu tertulis bahwa Umar bin Khattab pernah berkata “Lakukan muhasabah terhadap diri sendiri, sebelum orang lain melakukannya terhadap diri Anda. Timbanglah (amal perbuatan) dirimu sebelum orang lain menimbangnya. Dan hiaslah diri Anda untuk hari penampilan agung.” Lalu pertanyaannya adalah seberapa sering Anda mengukur berapa banyak kesalahan yang telah Anda lakukan tiap harinya? Apakah Anda pernah berusaha memperbaikinya? Apakah aku pernah melakukan hal ini? Kenyataannya yang ada adalah aku masih jauh dari sempurna.


Tepat pukul 13.54 Handphone CDMA-ku berbunyi. Teman baikku akan segera menikah. Tebak dengan siapa dia akan menikah? Seorang laki-laki baik yang menurutku Worthed for her. Tamatan Pondok pesantren Gontor yang berprofesi sebagai dosen disebuah Universitas Agama terkemuka di Indonesia dan sekarang sedang mengambil S2. Allah itu maha adil, wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan sebaliknya. Senang sekali mendengar berita bahagia dari salah satu teman baikku ini.


Apakah aku tergolong dalam laki-laki yang baik itu?


Senin, 14 Juli 2008

Hati Seluas Danau


“Sial banget hari ini, sudah gak kebagian tiket terus pulangnya kehujanan lagi”, Keluh kesah yang kudengar dari teman satu kos yang gagal pulang akibat kehabisan tiket kereta. Keluh kesah pada dasarnya merupakan fitrah dari manusia ketika mendapatkan suatu masalah. Sangat wajar apabila terjadi. Tetapi apabila telah menyalahi batas dan menyalahkan Allah, tentunya hal ini sudah tidak pada tempatnya lagi. Manusia pada dasarnya diciptakan dengan masalah. Sejak lahir hingga kematian menjemput, masalah akan terus dihadapi oleh manusia. Cuma mungkin porsinya yang beda. Ada masalah yang ringan, sampai-sampai kita tidak menyadari bahwa kita telah memperoleh suatu masalah. Hingga yang sangat berat, hingga banyak orang yang akhirnya melakukan tindakan yang diluar logika. Bunuh diri misalnya, Naudzubillah min dzalik.


Lalu bagaimana mengatasinya? Sabtu kemarin aku memperoleh nasihat yang menurutku harus dibagi kepada setiap orang. Sebuah cerita yang membuat kita harus memperluas hati kita didalam menyikapi banyak hal.


Suatu ketika, ada seorang murid yang bertanya kepada gurunya, “Syeikh, kenapa aku terus saja berkeluh kesah. Padahal bukankah berkeluh kesah itu dibenci oleh Allah. Lalu bagaimana mengobatinya?”


“Obatnya? Besok kamu bawa segenggam garam dan semangkuk air tawar”, jawab gurunya.


***


Keesokan harinya, si murid seperti yang telah diperintahkan oleh gurunya, membawa segenggam garam dan semangkuk air. Ia lalu menghadap gurunya tersebut.


”Syeikh, saya telah membawa segenggam garam dan semangkok air. Apa yang harus kulakukan terhadap dua benda ini?”, tanya murid tersebut kepada gurunya.


“Coba kau cicipi rasa dari garam tersebut”.


Murid tersebut mengambil secuil garam yang dibawanya lalu kemudian ia masukan kedalam mulutnya dan berkatalah ia, “Rasanya asin Syeikh!”, jawab sang murid sembari memejamkan mata menahan rasa asinnya garam yang baru saja ia cicipi.


“Kamu campurkan segenggam garam tersebut kedalam semangkuk air yang kamu bawa tadi, lalu kamu kamu aduk sampai larut semuanya”, sang guru kembali memerintahkan hal yang tidak dimengerti oleh muridnya.


“Sudah,syeikh”, jawabnya sembari mengaduk-aduk semangkuk air yang telah dituangkan garam tersebut.


Sang guru tersenyum lalu kembali berkata kepada muridnya tersebut, “kamu cicipi air yang telah kamu campur dengan garam tadi lalu ceritakan kepadaku bagaimana rasanya?”


“Sama seperti ketika syeikh menyuruh saya untuk mencicip garam. Rasnya asin”, jawabnya.


Kemudian Sang guru berdiri dan menyuruh muridnya tersebut untuk mengikutinya. Mereka sampai disebuah danau yang lumayan luas. Lalu ia kembali memerintahkan muridnya agar kembali menaruh segenggam garam kedalam luasnya danau tersebut, mengaduknya dan kembali mencicipi air di danau tersebut serta memberitahukan bagaimana rasa dari air danau yang telah dicampur dengan segenggam garam tersebut.


Kali ini muridnya berkata dengan respon yang berbeda, “rasanya tawar serta tidak terasa lagi asinnya garam”.


Kemudian sang guru menepuk pundak muridnya sembari menjelaskan maksud dari tindakan yang diperintahkan kepada muridnya tersebut.


“Kenapa garam? Karena garam saya analogikan sebagai masalah yang kita hadapi. Semakin banyak garam, rasanya akan semakin asin. Begitupula dengan masalah, semakin banyak, akan semakin tidak mengenakkan rasanya.


“Air saya analogikan sebagai hati kita. Semakin luas medianya, seberapapun masalah, yang kita hadapi akan semakin tidak terasa. Jangan memiliki hati yang hanya berisi semangkuk air yang akan cepat berubah asin hanya karena sedikit masalah. Berusahalah untuk memiliki hati seluas danau. Selalu berfikiran positif dan memandang suatu hal tidak hanya dari satu sisi. Jadilah hati seluas danau yang akan menjadi penyejuk dahaga bagi orang lain. Hadapi dan terimalah setiap masalah yang datang pada kita dengan bijak dan milikilah hati seluas danau, Muridku!”


Sang murid menganggukan kepala sembari tersenyum simpul terhadap gurunya tanda ia telah mengerti maksud dari gurunya tersebut.


Hati seluas danau. Apakah setiap orang mampu untuk memilikinya? Menurut saya tidak semua orang memilikinya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa berjiwa besar yang bisa memiliki hati seluas danau. Bahkan saya merasa hanya memiliki hati yang tidak jauh lebih besar dari semangkuk air. Yup, saya sangat sering berkeluh kesah.


Bagi yang tidak memiliki hati seluas danau jangan dulu berkecil hati. Ukhuwah adalah kata kuncinya. Bayangkan jika kita memiliki banyak saudara seaqidah yang bisa bisa kita jadikan sebagai tempat untuk berbagi masalah. Jika masing-masing dari saudara kita membawa semangkuk air dan digabungkan dengan semangkuk air yang dimiliki oleh kita, tentu namanya bukan lagi semangkuk air. Ia bisa menjadi satu ember ataupun satu bak penampungan besar air yang apabila dituangkan segenggam garam pun akan tidak berasa atau paling tidak akan berasa tidak terlalu asin.



Sebagai seorang sahabat yang baik, kita juga harus memperhatikan saudara-saudara kita yang lain. Sifat Taawaun atau tolong-menolong harus kita tanamkan kepada diri kita. Bawalah satu mangkuk kecil air kepada saudara kita yang sedang diberikan ujian oleh Allah agar bebannya menjadi lebih ringan. Baru saja beberapa minggu yang lalu saya mendengar sebuah cerita yang sangat memilukan. Ada seseorang yang sedang memiliki masalah yang sangat pelik. Ia lalu meminta bantuan kepada 7 orang sahabatnya dengan mengirimkan sms. Tebak apa yang terjadi? Hanya 2 orang yang membalas dengan mengatakan bahwa mereka tidak bisa datang saat itu. Lalu orang malang tersebut mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Saya tidak menjustifikasi apa yang dilakukan oleh orang tersebut adalah benar karena nyata-nyata bunuh diri adalah hal yang dilaknati Allah, tetapi yang saya soroti disini adalah kepedulian teman-temanya. Tidak adakah sedikit waktu bagi mereka untuk sekedar membagi semangkuk air kepada temannya agar air garam yang diminum temannya tidak terasa seasin apabila ia menghadapi permasalahannya sendiri?


Jadilah hati seluas danau atau jika tidak, bersikaplah untuk saling berbagi.


Selasa, 08 Juli 2008

PERSEMBAHANKU UNTUK WANITA


(Artikel ini dikirimkan seorang teman kepada saya. Seorang teman yang mengajarkan saya untuk melihat suatu masalah tidak hanya dari satu sudut pandang tapi juga dari sudut pandang yang lain, seorang teman yang mengajarkan bahwa dunia ini berwarna (tidak hanya hitam dan putih) dan mengajarkanku untuk melihat/memposisikan diri dengan lebih luas. Makasih buat masukannya :) Artikel yang menurut saya merupakan artikel yang sangat bagus buat direnungkan terutama buat kaum wanita dimanapun kalian berada)


Pagi ini, 18 Agustus 2007 aku menerima sms dari seorang teman baikku. Seorang wanita. SMS tersebut menyebutkan bahwa dia menyukai seorang pria yang wajahnya cukup di kenal di televisi belakangan ini. Kebetulan aku cukup kenal kenal dengan presenter muda berbakat itu dan kami sesekali SMS-an saling menanyakan kabar masing-masing.


Kepada temanku itu aku berkata, "Sangat manusiawi hehehe ... Tetapi dia sudah punya kekasih. Kalaupun belum kamu mesti bersaing dengan ratusan wanita yang mungkin memiliki rasa yang sama. Coba aja.." Sejujurnya, aku sudah sering mendengar teman-teman wanitaku sharing bahwa dia menyukai pria ini, pria itu dan entah siapa lagi selanjutnya. Bahkan aku pernah membaca blog seorang wanita yang aku kenal baik, di dalamnya ia menulis bagaimana ia suka dengan seorang pria dan sangat berharap dapat menjadi kekasihnya. Ia merindukan sang arjuna yang belum tentu tahu apa yang ia rasakan. Bagai pungguk merindukan bulan. Kasihan ...


Di usiaku yang sudah menginjak 28 tahun, tentunya aku memiliki banyak teman pria dan wanita yang sebaya denganku. Kalaupun di bawah atau di atas, usianya tidak jauh-jauh dari angka tersebut. Aku coba untuk merenung, kenapa beberapa bahkan mungkin banyak teman wanitaku atau lebih tepatnya para wanita belum menemukan seorang pria yang bakal menjadi pasangan hidupnya. Padahal setahuku, bagaimanapun minus-nya seorang wanita (kalau ia menganggap dirinya demikian), paling tidak pernah satu kali "ditembak" pria, dengan kalimat ini, "Aku menyukaimu" atau "Bersediakah engkau menjalani hubungan yang lebih serius denganku?".


Kenapa aku bisa begitu yakin? Mari aku ceritakan:


Selama 5 tahun lebih aku bekerja di sebuah rumah produksi yang menayangkan acara Solusi di salah satu stasiun televisi swasta itu, banyak kisah nyata mirip Cinderella yang aku temukan. Ini benar-benar nyata! So real! Bukan sinetron, bukan film. Sebut saja Maria Beatrix, gadis yang pernah dijuluki "si buruk rupa" dengan bentuk tangan dan kaki yang sama sekali tidak sempurna, menggunakan kursi roda, namun menemukan "pangeran" yang baik hati berdarah Inggris. Pria ini begitu setia mendampinginya bahkan berhasil mengajarinya berenang. Hari ini mungkin mereka sudah menikah.


Ada juga Indrawati, manusia terpendek Indonesia yang pernah masuk MURI karena bisa melahirkan dengan normal. Kalau melihat bentuk fisiknya, sangat tidak sempurna, namun menemukan seorang suami dari kalangan terhormat dan sangat mencintainya dengan sepenuh hati.


Di Bandung, kami juga memiliki narasumber si pelukis Patricia Saerang, seorang yang melukis dengan kakinya atau mulutnya karena tidak memiliki tangan. Namun menemukan pria berdarah Eropa yang sangat mencintainya. Hari ini mereka sudah menikah dan hidup bahagia.


Jadi, kalau mau banding-bandingan dengan wanita-wanita yang aku sebutkan diatas, bagaimana mungkin kalau teman-teman wanita ku itu belum bisa menemukan "sang pangeran cinta" ? Busyett! Kalau mau banding-bandingan, teman-teman wanitaku itu tergolong wanita yang cantik, dengan fisik yang nyaris sempurna dan memiliki pekerjaan yang bagus. Setelah aku analisa, inilah inti permasalahannya:


Ternyata banyak wanita tidak tahu kuncinya.


Untuk membuka baut ukuran 12, kita harus menggunakan kunci ring atau kunci pas dengan ukuran yang sama,12. Sebut saja hal apa lagi yang lain sebagai perumpamaan. Dari zaman Adam dan Hawa sampai sekarang, wanita memang didesain untuk tidak memulai terlebih dahulu dalam hal cinta. Ekstrimnya, wanita dilarang jatuh cinta terlebih dahulu dan mengejar-ngejar pria. Karena wanita memang tidak di desain untuk itu. Perihal ada budaya di daerah tertentu dimana pria di lamar oleh wanita, aku sangat tidak berminat membahasnya. Dan sampai hari aku masih menganggapnya sebuah keanehan. Aneh!


Namun aku menghormatinya.


Aku suka kata-kata ini:


Cowok menang milih, cewek menang nolak!


Kedengarannya win-win solution. Ya - bisa begitu. Cowok memang bisa memilih wanita mana saja yang dia suka. Cowok bisa saja jatuh cinta dengan wanita mana saja yang hatinya memang "jatuh". Toh, sampai hari ini jumlah cewek di dunia ini jauh lebih banyak dari cowok. Di Batam, para wanita bahkan sering bertengkar memperebutkan pria, karena komposisi antara wanita dan pria di kota ini memang sangat tidak seimbang. Jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari pria.


Cowok kalau nembak cewek ditolak, respon selanjutnya ada dua,


pertama: mencoba lagi untuk kedua, ketiga, keempat, atau kesekian kalinya atau


kedua: tidak melanjutkan dan berkelana mencari yang lain lagi. Toh, jumlah wanita jauh lebih banyak dari pria. Dan harga diri seorang pria tidak akan turun dan tercabik-cabik hanya karena cintanya ditolak. Karena pria seorang pejuang sejati, dia pasti akan mencoba dan mencoba lagi. Sampai dapat! "Emang cewek elo doang?" . Pikiran seperti itu ada kadang di sana .


Tetapi kalau wanita begitu agresif terhadap pria, lalu kemudian ditolak hehhee $B!!(B.. Jawab sendiri kata yang tepat untuk itu.)


Pria dan wanita sama-sama didesain untuk menjadi pemenang. Menang! Cowok menang milih, cewek menang nolak. Masalahnya sekarang banyak wanita yang mencoba untuk merubahnya menjadi: Cewek menang milih. Jadi kalau cewek menang milih maka berarti cowok menang nolak!


Bagi para cowok, kalau ditolak adalah hal yang biasa. Memang sedih untuk sesaat. Tapi tidak untuk meratapinya. Lagipula cowok didesain lebih banyak "bermain" pikiran, daripada perasaan.


Masalahnya, apakah para cewek siap kalau ditolak cowok setelah "menang" milih cowok yang mana aja?


Untuk menjawab pertanyaan ini, aku mau membagikan hal ini kepada para wanita, khususnya. Paling tidak ada dua wanita yang paling dekat denganku, yang aku ketahui sangat bahagia. Pertama adalah ibuku sendiri. Ya, mama.


Ibuku melepaskan masa gadisnya ketika usianya 23 tahun, dilamar ayahku, seorang pria tampan berumur 32 tahun dengan tubuh proposional. Ketika pertama kali bertemu ibuku, ayahku benar-benar jatuh cinta kepadanya. Padahal saat itu, seorang wanita sedang tergila-gila kepadanya dan menjadi begitu agresif. Ia ingin memiliki ayahku. Tetapi sebenarnya pria tidak bisa berdusta, dan jarang berpura-pura. Ayahku tidak mencintainya. Namun wanita itu memaksanya. Ayahku pria sejati yang harus selalu memulai dan tidak bisa didahului seperti itu. Kepada ibukulah, ayahku jatuh cinta. Mereka menikah pada tahun 1978. Ayahku berkali-kali jatuh cinta dengan wanita yang sama, yaitu ibuku.


Usia pernikahan mereka sudah 29 tahun dan perkawinan mereka bertambah kuat dari hari ke hari. Aku pikir, ibuku adalah wanita yang paling bahagia di bumi ini karena dia tahu kuncinya. Dia dicintai dan diperlakukan bak ratu.


Kemudian yang kedua, saudaraku satu-satunya. Adik perempuanku yang manis itu. Di usianya yang 26 tahun, seorang pria yang sangat mencintainya dan telah setia menunggunya selama 6 tahun, menyatakan keinginannya untuk menghabiskan waktunya nanti bersamanya. Meskipun enam tahun yang lalu, adikku tidak meresponinya, namun akhirnya ia luluh juga. Kali ini adikku tahu kuncinya: bahwa wanita didesain untuk DICINTAI dan bukan memulai untuk mencintai.


Sebelumnya, aku tahu adikku berharap dapat menjalani hubungan dengan seorang pria gagah dari angkatan laut. Namun pria itu ternyata tidak sepenuh hati mencintainya. Ia sadar, bahwa ia harus melupakan pria itu dan memberi kesempatan untuk yang lain. Hari ini adikku, diperlakukan bak ratu oleh kekasihnya. Begitu dicintai, dilindungi, diperhatikan dan hubungan mereka semakin menunjukkan kualitas yang semakin baik, hari ke hari. Aku pikir, adikku wanita yang paling bahagia saat ini. Karena seorang pria datang kepadanya dan mencintainya dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.


Sebaliknya, aku menemukan ada wanita yang memulai terlebih dahulu, begitu agresif dan sangat mencintai seorang pria dan akhirnya memang mendapatkannya dan bahkan menikah dengannya. Namun sayang, sesungguhnya dia tidak pernah mendapatkan cinta dari suaminya. Karena suaminya punya cinta yang lain. Dan wanita itu harus membayar harganya. Sangat mahal. Ia harus berkorban selama perkawinannya berlangsung. Ia harus berkorban materi yang terus-menerus dan yang paling menyedihkan selalu korban perasaan. Padahal bukankah seharusnya suaminya yang memenuhi kebutuhan materinya? Muka mereka menjadi begitu kusut dan tubuh mereka menjadi begitu kering. Karena tidak 'disirami' cinta suaminya. Karena sekali lagi, suaminya punya cinta yang lain.


Para wanita, daripada engkau mencintai pria yang tidak mencintaimu, atau hanya sekedar berpura-pura mencintaimu, mengapa engkau tidak belajar mencintai pria yang sangat mencintaimu dan memperlakukanmu dengan begitu berharga? Mungkin awalnya engkau tidak begitu menyukainya. Namun jika mengingat bahwa ia begitu mencintaimu, mengapa wanita tidak mencoba untuk BELAJAR mencintainya dan memberinya kesempatan?


Percayalah bahwa dalam kamus pria tidak ada istilah BELAJAR mencintai. Mau wanita yang ditujunya seperti apa, mau gemuk, mau pendek, mau rada tulalit atau sebut saja kekurangan lainnya, percayalah bahwa pria adalah makhluk yang jatuh cinta, bukan belajar untuk mencintai.


Tetapi, wanita bisa BELAJAR mencintai. Tatkala melihat kegigihan seorang pria yang tidak pernah berhenti menaklukkan hatinya, tatkala melihat pengorbanan, perhatian dan kasih sayang yang diberikan, aku mendengar banyak kesaksian akhirnya wanita menyerah.


Berdasarkan apa yang aku lihat, bahkan aku mengadakan riset untuk hal ini, wanita yang bijak adalah wanita yang jatuh cinta dengan pria yang terlebih dahulu jatuh cinta kepadanya. Bukan jatuh cinta dengan pria yang pura-pura jatuh cintanya kepadanya.


Bagi pria, Anda dilarang untuk berpura-pura jatuh cinta. Karena setelah engkau menjalaninya, lama-lama pura-pura itu akan hilang dan engkau pasti akan berkelana mencari cinta yang lain. Bukan yang pura-pura. Karena bagaimanapun engkau tidak bisa membohongi dirimu sendiri.


Kalau aku mencoba untuk pura-pura mencintai wanita yang pernah sangat mencintaiku, mungkin hari ini aku sudah memiliki anak dengannya dan sudah menjadi orang kaya secara materi. Tetapi aku pasti membuatnya menderita karena kepura-puraan itu. Aku akan berkelana mencari cinta yang lain. Dan itu sangat menyakitkan. Karena hubungan itu sudah sampai kepada pernikahan, mau tidak mau kita harus tetap meneruskannya, kalau tidak mau anak-anak yang menjadi korban perceraian. Namun harganya terlalu mahal untuk dibayar.


Para pria tidak dibenarkan untuk menjadi begitu brengsek dan memanfaatkan wanita yang jatuh cinta kepadanya, sementara itu sendiri punya cinta yang lain. Para pria tidak dibenarkan menjadi begitu bejat untuk memanfaatkan uang, fasilitas dan materi yang diberikan oleh wanita yang mencintainya, dengan harapan bisa mendapatkan cinta sang pria. Itu pria yang licik dan pengecut.


Untuk para wanita, mungkin kalian gelisah di usia yang hampir menginjak


kepala tiga belum menemukan pasangan sejati. Mungkin ia sudah datang, tetapi Anda datang, tetapi Anda menolaknya. Karena memang anda didesain untuk "menang nolak". Tetapi mungkin saja anda lupa kuncinya. Kuncinya adalah anda sebaiknya jangan memulai terlebih dahulu dan kalau sulit menjangkaunya, anda menjadi begitu agresif. Anda harus tahu kuncinya bahwa anda didesain untuk dicintai dan diperlakukan bak ratu. Bukan menjadi seorang yang mengejar-ngejar pria.


Berulang kali kukatakan kepada teman-teman wanitaku. "Kalau ada seorang pria yang datang kepada kalian dan menyatakan cintanya, berpikirlah dua kali untuk menolaknya." Jangan sampai anda menyesal di kemudian hari.


Aku tidak menyarankan kalian untuk terburu-buru menjawab, "Ya". Aku hanya mengatakan, "Berpikir dua kali terlebih dahulu untuk menolaknya." Siapa tahu, ini cinta sejatimu?


Wanita, anda begitu berharga. Ciptaan terindah. Anda ditentukan untuk begitu dicintai, dikagumi, dilindungi, dikasihi, diperhatikan, diayomi dan aku tidak tahu harus menyebutnya apa lagi... Kalian ditentukan untuk diperlakukan bak ratu setiap hari.


Karena manusia ditentukan untuk hidup berpasang-pasangan, hai para wanita, bersiap-siaplah seorang pangeran cinta datang kepadamu, menyatakan betapa ia ingin menghabiskan waktunya bersamamu, dan memberikan seluruh cintanya kepadamu. Namun, ketika pangeran cinta itu datang, apakah engkau akan langsung menolaknya? Atau "berpikirlah dua kali untuk berkata "tidak", karena siapa tahu ini orang yang akan memperlakukanmu bak ratu. Tidak peduli bentuk fisikmu, tidak peduli tingkat pendidikanmu bahkan tidak peduli masa lalumu. Ia akan datang dengan kata-kata ini, "Aku mencintaimu tidak peduli apa pun.


Tulisan ini aku dedikasikan untuk para wanita - Ciptaan Terindah.



Jumat, 04 Juli 2008

Akhir dari Matrikulasi



IPK-ku Sayang, IPK-ku Malang



Setiap ada awal, pastilah ada akhir. Gua selalu berpegang pada hal ini. Seperti halnya awal dan akhir, setiap perjumpaan akan selalu diakhiri dengan perpisahan. Gak terasa, sudah delapan bulan menjalani hari-hari dikelas Matrikulasi ini. Ada banyak emosi yang tertanam dikelas ini : sedih, senang, marah, tertawa, menangis, kekeluargaan, gugup, panik, rame, konyol, narsis, dan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Intinya, baru kali ini di STAN gua jumpain kelas sesolid ini.


Jam di Handphoneku menunjukkan pukul 14.45. Sudah dari pagi aku menantikan Pengumuman IPK yang berarti juga pengumuman kelulusan. Perasaan di dalam hati bercampur baur, ada rasa gugup, deg-degan, plus sedih. Yup, sedih…Gua mengetahui dari Pak Ketua Kelas bahwa ada dua orang dikelasku yang bakalan terkena Drop Out alias DO.


“Tom, kekampus yuk!”, Apri teman satu kos, satu kelas, plus Pak Ketua Kelasku mengajakku untuk segera berangkat ke kampus, “Pengumuman IPK dah keluar tuh”.


“Ok, bentar ya, gua mo ambil jaket dulu”. Cuaca di luar yang panas membuatku harus memakai jaket. Yup Sudah pukul 15.00, tetapi cuaca siang itu terik banget.


Gua segera mengambil kunci motorku dan tancap gas bersama Apri kekampus. Gua merasa denyut jantungku masih saja berdegup tak beraturan. Gua takut IPK-ku tak sesuai dengan harapanku selama ini. Gua tau bahwa gua telah gagal semenjak UAS berakhir, namun gua masih saja berharap ada sedikit keajaiban. Keajaiban yang bisa membuat IPK-ku sedikit lebih baik.


“Anter kedepan gedung P aja Tom”, Apri mengingatkanku agar membelokan motorku menjauhi tempat parkir yang biasa kami pakai untuk menaruh motor dan berjalan melewati portal menuju gedung P yang pada waktu itu terbuka. Gua sengaja Memberhentikan motor tepat di gedung P agar lebih dekat ketempat pengembalian buku perpustakaan. Pada waktu itu, kami membawa satu kardus besar penuh buku selama satu semester yang kami pinjam diperpustakaan kolektif diSTAN. Perlu dicatat disini, Salah satu keunggulan kuliah di STAN adalah kita mendapatkan pinjaman buku literatur untuk setiap mata kuliah selama satu semester penuh. Diakhir semester, tentu saja buku tersebut harus dikembalikan. Namun, terkadang buku-buku tersebut sudah out of date dan jumlahnya tidak mencukupi sehingga kita harus membelinya sendiri atau mencari pinjaman kepada kakak kelas. Namanya gratis ya pasti ada ajalah kekurangannya.


Segera setelah mengantar Apri, aku bergegas mencari tempat parkir motorku dan sesegera mungkin menuju ketempat pengumuman IPK. Fiuh, berjalan lumayan jauh membuatku lumayan capek. Kayaknya aku butuh banyak olahraga agar staminaku gak loyo kayak gini. Yah, minimal jogging 2 kali seminggu. Namanya juga niat, mewujudkannya itu loh yang susahnya minta ampun. Perasaan niat kayak gini udah dari dulu, Cuma realisasinya itu yang susahnya minta ampun. Alhasil, paling Cuma satu kali sebulan melakukannya. Gimana mau sehat nih, he3!


Gua udah berada tepat didepan papan pengumuman IPK. Gua dengan brutalnya sikut kanan dan kiri agar bisa melihat dengan jelas berapa IPK gua. Segera saja gua screening membaca dari bawah nama-nama yang tercantum disana. Yudi, Wahyudianto, dan … Tomi. Gua memberanikan diri melihat kekolom IPK, sambil mencoba mengatur nafas mendadak kerut diwajahku berubah dan sedikit menampakkan ekspresi kekecewaan, yup ternyata keajaiban itu tidak terjadi.


Ada banyak yang terjadi disamping apa yang gua alami diatas. Dan yang paling membuatku sedih adalah kenyataan bahwa ada dua teman sekelasku yang harus meninggalkan perkuliahan D4. Mereka harus angkat koper lebih awal bak acara Akademi Fantasi di Indosiar karena sms yang mereka dapatkan dibawah kuota yang telah ditetapkan. Perkuliahan di STAN emang terbilang kejam dan tanpa kompromi. Tidak boleh ada nilai D, tidak ada semester pendek atau apapun itu untuk memperbaiki IP, dan IPK komulatif harus diatas 2,75. Preasure yang menurut gua memaksa mahasiswanya untuk menjadi seperti robot dan bekerja semaksimal mungkin. Itu sebabnya sebagian mahasiswa STAN itu kaku, seperti gua kali ya.


Balik keteman sekelas gua tadi. Salah satu teman sekelas gua yang terkena DO pada pagi hari sebelum pengumuman IP, baru saja memperoleh rezeki dari Allah. Isterinya baru saja melahirkan anak kedua mereka. Dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang. Kegembiraan dan kesedihan datang disatu waktu yang berdekatan. Dulu gua pernah berfikir, Mengapa Allah menciptakan Kesedihan, sakit, miskin dan penderitaan? Akhirnya pertanyaanku terjawab sudah. Allah menciptakan kesedihan agar orang bisa merasakan kegembiraan, nikmatnya sehat baru bisa kita rasakan seseungguhnya setelah kita sembuh dari sakit, orang kaya baru bisa merasakan mereka kaya karena ada orang yang lebih miskin dari mereka, dan penderitaan harus kita alami kalau kita mau merasakan kesuksesan. Allah tidak mungkin menurunkan emas begitu saja dari langit, segala sesuatu itu harus kita perjuangkan. Bukankah “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum terkecuali mereka mengubahnya sendiri”. Dan prinsip ini sampai sekarang masih gua pegang, prinsip bahwa hidup adalah perjuangan.


Hari yang panjang ini ditutup dengan berkumpulnya anggota kelas B disudut ruang gedung L. Anak-anak matrikulasi B terlihat menumpuk buku pinjaman disalah satu sudut pelataran gedung tersebut untuk kemudian dikembalikan. Mereka sesekali mengeluarkan celetukan khas kelas dan tertawa renyah. Atika dengan sibuknya mengumpulkan uang sumbangan untuk nikahannya Dino dan kelahiran anak dari Mas Tri. Senangnya yang sudah berkeluarga, ada yang baru nikah dan ada yang baru punya anak (Gua kapan ya? Ada yang mau gak?, he3). Dari raut muka masing-masing anak kelas, ada yang sedih, ada yang gembira, namun juga ada yang hambar tanpa ekspresi. Sulit sekali menyelami apa yang mereka rasakan setelah pengumuman IPK. Walaupun terkadang katanya aku bisa melihat perasaan seseorang dari matanya. “Eyes can’t cheat”.


Jam telah menunjukkan pukul 16.50, sudah sore juga rupanya. Semua buku pinjaman pun telah dikembalikan. Obrolan yang sudah ngelantur kemana-mana itupun harus diakhiri. Yup, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, inilah terakhir kalinya aku bisa melihat anak-anak matrikulasi B berkumpul sebagai suatu kesatuan kelas. Kalaupun nanti berkumpul lagi, situasinya akan beda karena masing-masing telah memiliki kelas yang berbeda. Perlahan tapi pasti, satu dua orang mulai meninggalkan gedung L. Terlihat masih ada temen-temen matrikulasi A yang baru saja akan mengembalikan buku pinjaman mereka. Gua kemudian melangkahkan kaki meninggalkan gedung L bersama Apri, kayaknya aku harus istirahat lebih awal malam ini. Hari ini merupakan hari yang berat bagiku,fiuh…


Semester lalu telah berakhir, dan semester depan menanti didepan mata untuk dijalani. Menatap semester depan tentunya dengan kelas yang berbeda. Tidak ada lagi matrikulasi B, tidak ada lagi penghinaan dari teman satu kosku yang menyatakan bahwa aku belum resmi masuk D4, tidak ada lagi lelucuan khas anak-anak matriks B lagi, tidak ada lagi ibu-ibu arisan Matrikulasi. Semua berganti dengan kelas baru yang semoga sekompak dan serame kelas matrikulasi ini. Semuanya karena : Matrikulasi Telah Berakhir.




Farewell Party Mas Fuad



Sabtu, 5 Juli 2008 mendadak sms dari HPku berbunyi. Sebuah sms jarkom dari Cobain yang menyatakan akan diadakan pertandingan futsal perpisahan dengan Mas Fuad pada hari ini pukul 11.00 WIB. Yah, semacam Farewell party gitu. Seperti yang telah gua sebutkan, bahwa ada dua orang yang terpaksa harus meninggalkan perkuliahan lebih awal dikarenakan faktor IPK yang tidak mencukupi. Salah satunya adalah Mas Fuad ini. Sedih rasanya buat berpisah dengan Mas Fuad. Dia orangnya Pintar, baik, rame, lucu dan yang aku gak nyangka adalah bahwa Mas Fuad memiliki pengetahuan agama Islam yang sangat luas. Mungkin faktor force major, yang sulit buat aku jelaskan disini, yang merupakan sebab kegagalan Mas Fuad di D4 ini.


Balik ke pertandingannya tadi, aku terlebih dulu harus kekampus untuk suatu urusan dan bersama Dany menuju ke Kick Off tempat pertandingan Farewell party dilakukan. Pertandingan telah dimulai, mungkin karena udah males buat ganti baju dan pertandingan akan segera berakhir, aku memutuskan untuk tidak ikut main dan memilih untuk jadi penonton saja. Kulihat anak-anak bermain dengan semangat sekali dan tidak tampak seperti biasanya terlebih-lebih Mas Fuad yang bermain ngotot dan membukukan beberapa gol. Pertandingan kemudian berakhir imbang 11-11. Akhir yang cukup fair kalo menurut saya.


Acara kemudian ditutup dengan sesi pemotretan (dasar banci foto). Karena tidak membawa kamera, saya hanya menggunakan kamera Handphone yang berkekuatan 1,3 Megapiksel (Kasian deh lho). Tapi cukuplah untuk mengabadikan momen yang menurut saya jarang terjadi dan saya harapkan tidak akan pernah terjadi lagi.


Selamat Jalan, Mas Fuad! Semoga kesuksesan menanti di tempat yang baru, doa kami dari anak-anak eks matrikulasi B selalu menemani…!



Aqiqah anak Mas Tri



Sore hari di Plasma, tepatnya pada hari minggu tanggal 6 Juli 2008 pukul 15.00 anak-anak matrikulasi B kembali berkumpul dan menunjukkan kekompakannya. Hari ini ada acara aqiqah putera dari Mas Triyanto di Cengkareng. Jauh bukan? Sedih juga harus lagi-lagi berpisah dengan Mas Tri, salah satu anggota kelas yang terpaksa harus meninggalkan D4 lebih awal selain mas Fuad tadi. Semula pemberangkatan akan dilakukan pada pukul 15.00, namun sembari menunggu Mas Yudi dan waktu Ashar tiba, keberangkatan terpaksa dimundurkan menjadi pukul 15.30. Ada 15 orang yang ikut didalam konvoi 6 motor plus satu mobil tersebut yaitu Apri, Tomi, Mike, Nanang, Mas Henry, Mas Ronny, Cobain, Yeyek, Tejo, Nugroho, Mas Eko, Mas Fuad (penunjuk jalan), dan Mas Yudi beserta Isteri dan anaknya.


Perjalanan dimulai dari plasma menuju arah ceger. Dari gerbang STAN ceger, motor dibelokkan kekiri kearah Tamanmangu terus melesat kearah Jombang Raya. Dengan kecepatan sedang, rombongan konvoi lalu menuju ke Ciledug, neraka kemacetan. Beruntung hari Minggu membuat kemacetan yang terjadi tidak terlalu parah. Dari Ciledug motor berbelok kekiri menuju arah Cikokol, menurut saya medan paling berat adalah perjalanan ketika menuju Cikokol ini. Jalan sempit dengan volume kendaraan yang berlebih memaksa kecepatan motor tidak maksimal dan sering terhenti dititik-titik kemacetan tertentu. Dari simpang Cikokol, kemudian kami berbelok kekanan menuju Cengkareng. Sempat terjadi insiden kecil yang cukup menggelikan disini dimana sang navigator, Mas Fuad, memaksa rombongan untuk menembus jalan satu arah. Pak Polisi pun bereaksi dengan memperingatkan kami, untung saja tidak ditilang. Fiuh… Perjalanan satu jam setengah berakhir disebuah rumah mungil di Cengkareng. Rumah di sebuah komplek tepat didepan pintu belakang Bandara Soekarno Hatta. Dari sini kita bisa dengan jelasnya melihat pesawat berukuran besar yang sedang mendarat. Ada hikmahnya ikut ke tempat Mas Tri ini. Saya jadi tau alternatif jalan ke bandara selain melalui tol. He3!


Acara aqiqah sendiri berjalan dengan lancar. Makan Tengkleng kambing adalah acara terakhir yang kami lakukan ditempat Mas Tri sebelum akhirnya Sholat Maghrib dan bersiap meninggalkan tempat acara aqiqah. Dalam hati, saya sempat berfikir bagaimana beratnya perjuangan Mas Tri ke kampus STAN dari Cengkareng. That’s a far distance, jauh banget. Wajar apabila Mas Tri sempat tidak bersemangat untuk melanjutkan kuliah dan ini menjadi salah satu pemicu kenapa Mas Tri bisa terkena DO. Saya dan teman-teman eks matrikulasi B lagi-lagi hanya bisa berdoa semoga mas Tri mendapatkan kesuksesan di tempat yang baru… Amin.


Motor yang dikendarai oleh Apri pun meluncur menjauhi Cengkareng. Perasaan sedih dan gembira bercampur aduk, mungkin ini yang terbaik bagi Mas Tri.


“Cover me, Aaa Negative, Affirmative!”, nada suara pesan masuk di Handphone-ku. Kubuka isi pesan yang baru saja masuk ditengah kencangnya motor yang dikendarai oleh Apri.


“Loh, kita kan temen Tom. Kamu bilang aku sahabat kamu dari kecil. Jadi, ganggu yang mananya? Ya, udah It’s ok. Aku gak akan ganggu-ganggu kamu lagi. Makasih untuk semuanya.”


Sebuah pesan singkat…Aku baru saja kehilangan seorang sahabat.


Akhir dari Matrikulasi, sebuah penceritaan…!




My Sassy Girl



( A Romantic Scene)


Sebagian teman-temanku menertawakanku ketika aku bilang suka film korea tertentu. Kata mereka, “kamu cowo atau cewe sih ?”. Waduh, apa hubungannya film dengan gender sih, sangat tidak nyambung. Bahkan, ketika jalan-jalan di Ambasador dengan dua temenku yang lain, mereka bilang aku cowo aneh karena suka film Korea. Kenapa sih dengan film Korea? Lagian aku suka film bukan karena buatan Hollywood, Bollywood, ataupun apalah. Cuma ketika aku suka jalan cerita suatu film, aku akan suka film tersebut, gak peduli itu film Korea,Jepang, India, Indonesia, Amerika, atau Film apapun. Yang penting jalan ceritanya menarik. Lagian, aku Cuma punya lima DVD film Korea. Tidak banyak kan? Masih mending aku suka film Korea, daripada aku suka film XXX, hue3!


Kemaren baru aja nonton film korea yang judulnya, “My Sassy Girl”. Sebenarnya aku menonton film ini untuk yang ketiga kalinya. Menurut gua film ini penuh dengan kebetulan. Tapi justru inilah yang menjadikannya film yang bagus. Yah,namanya juga film, menjual mimpi. Kalo mau nonton film serius, tonton aja film-film yang sering masuk festival-festival film. Tapi, kemaren aku males untuk nonton film yang serius. Lagi pengen refreshing tanpa banyak berfikir.


Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang film ini. Tetapi yang paling kuingat difilm ini adalah scene dimana ketika si Pria menceritakan kebiasaan Wanita idamannya kepada Pria lain yang akan menikahi Wanita idamannya tersebut. Pria yang sangat romantis menurutku, apalagi kalau dibandingkan dengan diriku yang kaku dan seperti batang kayu, hue3. Singkat carita sang pria bercerita tentang 10 hal yang sangat disukai oleh wanita idamannya tersebut yaitu :


1. Jangan Suruh dia untuk jadi Feminim.


2. Jangan biarkan dia minum lebih dari tiga gelas, dia akan mabuk dan tak terkendali.


3. Di Kafe, Pesanlah Kopi daripada Coke atau Juice.


4. Jika dia memukulmu, pura-puralah sakit. Dan jika kamu merasa sakit, pura-puralah tidak sakit.


5. Di hari ke-100 pertemuan kalian, berikanlah dia bunga ketika ia berada di kelas. Dia akan sangat menyukainya.


6. Pelajarilah Squash dan Seni bela diri dengan pedang (fencing).


7. Sesekali bersiaplah untuk masuk penjara karenanya.


8. Jika dia berkata akan membunuhmu, jangan dimasukkan kedalam hati. Kelak kamu akan merasa lebih baik.


9. Jika kakinya sakit, bersiaplah bertukar sepatu dengannya.


10. Dia sangat suka menulis, semangatilah dia walau isi tulisannya terkadang jelek.


Akhir dari film ini adalah Happy Ending. Semula aku berfikir bahwa ini akan berakhir tragis, namun lagi-lagi kebetulanlah yang menemukan mereka kembali. Kalau mamang sudah jodoh memang tidak akan kemana kali ya?


Lalu bagaimana penilaianku terhadap film ini? I’ll say, nih film adalah film ringan dan enak untuk ditonton. Jalan ceritanya mudah dimengerti dan yang pasti akan bikin kamu tersenyum diakhir film. Jadi tonton deh bagi yang belum pernah menontonnya. Oh,iya film ini masih ada prekuelnya yang dapat mengungkap keseluruhan dari isi film, judulnya kalau gak salah windstruck.


Selamat Menonton…!