Minggu, 22 Juni 2008

Sungai Musi Vs Selat Sunda

Sebenarnya gak ada hubungan antara Sungai Musi dengan Selat Sunda, Cuma berhubung dalam dua hari ini gua melihat keduanya dalam selang waktu yang tidak berapa lama, so tak certain aja pengalaman yang terjadi diantara keduanya :


  1. Selat Sunda

Libur telah tiba,saatnya pulang ke Palembang. Waktu pulang pun ditetapkan yaitu pada hari kamis tanggal 19 Juni 2008. Sekarang tinggal memilih mau pulang naek apa? Pilihan perjalanan lalu ditetapkan,yaitu antara naik Pesawat atau lewat jalur darat. Namun ketika menayakan harga tiket pesawat, “Hah 500rb, Gak salah?” Sambil mencoba menghitung berdasarkan logika dan mencoba menelaah “Free Cashflow” yang gua punya sekarang (berhubung gua mahasiswa, hue3). Akhirnya Jalur darat melalui media transportasi Bis Lorena yang gua pilih. Agak gak rela melewatkan waktu 18 Jam yang membosankan di Bis, namun pertimbangan ekonomis harus dilakukan. Secara gua baru beli tas baru, so gua harus nutup defisit anggaran dengan penghematan disektor laen (sok ilmiah neh). Beruntung gua gak sendiri, yup gua ditemeni sahabat baik gua yang udah tak anggap seperti Saudara sendiri, Nies :)


Namun semua itu seakan terbayar ketika menyebrangi Selat Sunda memakai Kapal Feri Rajabasa yang bertolak dari pelabuhan Merak. Timingnya tepat yaitu jam 5 sore,saat matahari mulai akan tenggelam. Pemandangannya menurut gua Extraordinary view. Gua dapat melihat akivitas nelayan memakai kapal kecilnya, kapal-kapal gede yang lagi berlabuh,anak-anak pantai yang terjun bebas dari Kapal Feri yang gua tumpangin, terus yang paling keren Sunset-nya itu lho. Tapi menurut seseorang yang gak boleh disebut namanya :p (kayak Lord Valdemort di Harry Potter aja) “Pemandangannya biasa aja, Tom !” huh, gua jadi sedih, padahal “Your not there,bro...kalo ada dah tak cemplungin di laut tuh, he3!” Dari atas kapal itu,gua dapat ngeliat proses tenggelamnya matahari. Mulai dari tiga perempat, setengah, trus keseluruhan matahari tenggelam di bawah datarnya air laut selat Sunda. Sayang,modal gua Cuma kamera HP yang gak bisa merekam saat-saat itu dengan detil. Waktu Maghrib telah masuk, gua lalu ke Mushola, yaitu bagian paling atas dari kapal. Ketika gua sampai disana, “Masya Allah, pemandangannya ternyata lebih indah.” Gua dapat ngeliat view yang lebih luas, Bahkan dari sini, gua dapat melihat keseluruhan dari bagian kapal. Musholanya juga lumayan bersih, gua jadi betah berlama-lama di Musholanya :)


Akhirnya perjalanan melintasi Selat Sunda selama kurang lebih tiga jam,ditutup dengan dengungan sirine kapal, tanda kapal mulai merapat ke pelabuhan Bakaheuni. Capek gua terbayar deh kalo kayak gini. Tapi? Mikir-mikir lagi kalo mau ke Jakarta naek bis lagi, Tapi liat aja ntar deh. Soalnya pengen nyantai dulu di Palembang, baru mikirin cara buat pulang, hue3…


Senja di Kapal Rajabasa
Foto dulu :)
Senja Lagi, sayang kameranya gak support
Diatas Kapal (Bisa keliatan semua dari sini)

2. Sungai Musi


Sebenarnya awal dari ngeliat Sungai Musi ini adalah proses ketidaksengajaan. Gua tertipu oleh iklan di salah satu satu sudut kota yang menyatakan ada pameran disana. Hari sabtu kemaren, tanggal 21 Juni 2008 bersama Radi,Fahmi dan Nies gua berangkat ke Benteng Kuto Besak (BKB). Alih-alih mau ngeliat pameran, eh ternyata cuma ngeliat Walikota yang lagi meresmikan lomba mancing. Daripada gak dapet apa-apa, akhirnya sisi narsis gua timbul deh, dengan dibantu oleh Nies akhirnya gua foto-foto :)


Gak ada perbedaan yang mencolok dari aktivitas di Sungai Musi yang membelah Palembang menjadi Seberang Ulu dan Seberang Ilir dari dulu sampai sekarang. Sungai didominasi oleh lalu lalang perahu kecil, baik itu yang mengangkut penumpang atau yang mengangkut barang kebutuhan sehari-hari. Perahu sedang tampak sesekali lewat, perahu patroli angkatan laut pun tampak terlihat siang itu, tetapi tidak terlihat perahu besar yang lalu-lalang siang itu. Mungkin tidak ada aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bombaru, Pertamina atau Pusri yang membuat Kapal dengan skala lebih besar tidak nampak siang itu. Bagi masyarakat setempat disini, sungai adalah denyut nadi perekonomian mereka yang utama. Tidak salah kalau dulu kerajaan Sriwijaya yang berbasis maritim berpusat disini. Bahkan warga setempat menganalogikan bahwa sungai adalah laut. Coba aja tanya kesalah satu penduduk pinggiran sungai Musi saat mengawali aktivitas sehari-hari mereka dipagi hari. “Mau kemana, Pak?” Dengan entengnya mereka akan menjawab, “Mau kelaut.”


Apa aja sih yang bisa dilakuin disini? Banyak kok, kita bisa makan di restoran terapung, foto-foto (bagi yang narsis), nongkrong (tapi kafenya di banyakin ya Pak Walikota), atau bagi yang mau jalan-jalan keliling sungai sampe ke Pulau Kemaro (Pulau ditengah-tengah sungai Musi), disediain berbagai jenis kapal. Mulai dari kapal VIP seharga Rp. 70.000/orang sampai dengan kelas ekonomi dengan melalui media perahu Ketek (sejenis perahu kecil dengan mesin tempel) seharga Rp. 15.000/orang. Jenisnya beragam kok tergantung kocek kita masing-masing.


Pinggiran Sungai Musi sekarang memang telah dijadikan salah satu objek wisata di Palembang. Namun menurut gue, ada banyak kekurangannya. Mungkin ini hanya dari sudut pandang gua sebagai orang awam, namun cukuplah dijadiin referensi buat yang mau kesana. Yang pertama, Faktor keamanan. Kenapa gak sekalian dibangun Polsek disini, biar para penodong dan penjambret pada kabur. Essensi utama dari industri pariwisata adalah keamanan. Gimana mau seneng-seneng kalo mengeluarkan kamera aja kita takut akan di jambret orang. Lalu faktor kedua yang gua sorotin disini yaitu kurangya fasilitas. Sebagai contoh : penerangan di malam hari, fasilitas tempat parkir yang masih semerawut, fasilitas permainan yang masih minim, tempat penjualan souvenir yang susah dicari (bisa dijadiin peluang bisnis nih), intinya orang gak betah buat berlama-lama disini (kecuali yang pacaran,hue3). Ketiga, Kurangnya event-event yang disediain disini, baik yang berskala lokal, nasional, maupun internasional, terus promosinya juga masih kurang (kurang dana atau apa? Kok setengah-setengah). Trus yang Keempat, Palembang kok panas ya, he…he…he (yang terakhir ini gak penting buat dicatet).


Karena waktu yang terbatas dan temen-temen gak ada yang mau diajakin naik kapal keliling Sungai Musi, akhirnya kami memutuskan untuk Check out. Tiba-tiba Miss Traktir melontarkan suatu ide untuk makan siang bareng, tentunya dengan meminta traktir dari salah satu dari kami yang ada disana pada waktu itu. Dan Radi yang menjadi orang yang paling beruntung siang itu, he3. Makasih,Chun buat traktirannya siang itu. Perjalanan ditutup dengan makan-makan di Es Mamat di Lapangan Hatta (Nih tempat pernah masuk wisata kulinernya Pak Bondan lho…).


Fahmi,Radi n Me
Es Mamat
Di depan Ampera

Ampera n Me

Selat Sunda, Sungai Musi dan Suatu perjalanan singkat. Itulah yang bisa gua simpulkan dari posting yang gua bikin hari ini.

(All pictures are taken by My friend, Nies)


3 komentar:

Anonim mengatakan...

Tomi narsis juga nih :D. pulang ke palembang? mau oleh2 mpek-mpek donk

Kepala Besar mengatakan...

Selat Sunda, Sungai Musi dan Suatu perjalanan singkat.

bagus jadi judulnyo tom

Anonim mengatakan...

akhirnya .....
tamat juga baca blognya Tomi. sedikit banyak taulah tentang Tomi. ternyata Tomi tuh : melankolis, narsis, tulisannya bagus2, kurang konsisten, so sweet, narsis, renungannya keren,ceritanya panjang, narsis, tidak romantis, narsis, kaku dan seperti batang kayu.
duh, banyak bangetkan komen saya.
seneng ga Tom ...?
dah ah, ngantuk.