Minggu, 28 September 2008

Cinderella Man, Perjuangan Untuk Keluarga



Fight for Family begitulah essensi yang bisa diambil ketika pertama kali menonton film Cinderella Man ini. Film yang di bungkus cerita tentang betapa pentingnya arti keluarga bagi James Braddock (Russell Crowe) bersama istrinya, Mae (Renee Zelwegger) dan ketiga anaknya ini dikemas secara apik oleh Ron Howard, sang sutradara dan Akiva Goldman, sang penulis skenario. Sehingga film ini menjadi ‘must seen movie’ bagi tiap orang terutama bagi kaum laki-laki.


Film ini berlatar tahun 1930-an, dimana kala itu resesi ekonomi sedang melanda dunia secara global tidak terkecuali Amerika. James Braddock, mantan petinju kelas berat yang pernah mengalami masa kejayaaan dan kehidupan mewah terpaksa harus balik kanan berputar 180 derajat menjadi orang yang harus mengais rejeki bahkan mengemis demi kelangsungan hidup keluarganya. Saham yang ia tanamkan nilainya jatuh bebas tidak terkecuali saham yang ia tanamkan pada sebuah perusahaan taxi. Singkat kata ia berubah dari orang kaya yang serba berkecukupan menjadi orang miskin yang serba kekurangan. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga nasib baik semakin menjauhi James Braddock, Tangannya patah, dia bertinju sebisanya demi sesuap nasi. Namun, lisensinya malah dicabut karena dia dianggap sebagai petinju tua renta yang tak mampu lagi meniupkan gelora kemeriahan penonton yang haus darah.


Kehidupan New York pada tahun 1933 bagi James Braddock tidak lagi seindah ketika tahun 1928 dimana ia sedang mengalami fase kejayaan dalam dunia tinju. Dia sekarang hanyalah seorang kuli pelabuhan biasa yang bahkan tidak mampu untuk membayar listrik untuk menghidupkan pemanas dikala musim dingin tiba bagi keluarganya. Satu hal yang membuatku kagum adalah sifat James Braddock yang sangat jujur. Satu pernyataannya yang membuatku terkagum-kagum adalah ketika ia menasehati anaknya untuk tidak mencuri apapun alasannya. "jangan pernah kamu mencuri meskipun perutmu sudah kosong sekalipun". Ia rela memilih untuk mengemis ke teman-temannya dan meminta uang ke jaring pengaman sosial demi untuk keutuhan keluarganya daripada mencuri ataupun bentukmya itu walaupun hal tersebut merendahkan martabatnya.


Karir Braddock mulai bangkit ketika ia berhasil naik ring kembali untuk menantang petinju peringkat dua dunia kelas berat. Diluar dugaan Braddock yang hanya dibayar $250 untuk “dihabisi” oleh lawannya tersebut memutarbalikan prediksi para penonton dengan memukul K.O. lawannya pada ronde ketiga. Karena peristiwa itu orang-orang mulai meliriknya kembali, lisensi tinjunya kembali di berikan, dan dia dapat kembali bertinju demi untuk kesejahteraan keluarganya. Perlahan tetapi pasti, satu demi satu lawan-lawannya dapat ia kalahkan dan ia kembali mendapatkan reputasinya kembali sebagai salah satu petinju hebat pada masa itu. Bahkan Damon Runyon dari harian olahraga Sporty Lewis menjulukinya sebagai Cinderella Man, Laki-laki yang bangkit dari seorang buruh pelabuhan yang miskin menjadi seorang “pangeran” yang dipenuhi oleh kehormatan seperti dalam kisah dongeng Cinderella.


Klimaks dari film yang berdurasi 2 jam 18 menit ini adalah ketika James Braddock melawan petinju peringkat satu dunia yang pernah membunuh 2 orang di dalam ring, Max Baer. Pertarungan selama 15 ronde yang dipenuhi oleh adegan layaknya kita menonton sebuah pertandingan tinju secara langsung di TV. Pertarungan yang menurutku tampak lebih realistis di bandingkan film-film dengan tema sejenis seperti Rocky ataupun Raging Bull karya Martin Scorsese. Untuk Braddock, bertarung di atas ring hanyalah dilakukan agar "dia bisa meletakkan susu di atas meja" (karena istrinya kerap harus menambahkan air ke dalam botol susu, agar ketiga anaknya tetap mendapatkan jatah yang sama). Sedangkan bagi Max Baer, pertarungannya di atas ring adalah untuk kemegahan dan kebesaran ego. Sebuah pertarungan alot yang pada akhirnya dimenangkan oleh James Braddock untuk mempertahankan kejayaannya dan menghidangkan segelas susu murni bagi keluarganya.


Kesimpulan akhir dari film ini adalah “arti sebuah keluarga” dimana suami dan isteri saling memahami peran masing-masing serta saling melengkapi. Bagi Mae, Braddock adalah segalanya, dia adalah suami, tulang punggung keluarga, dan ayah yang akan selalu melindungi keluarganya disegala situasi dan kondisi apapun. Bagi Braddock, Mae adalah Isteri, Ibu dan “Rumah” tempat dia kembali setelah seharian mencari nafkah bagi keluarga yang dicintainya. Satu hal yang kucatat disini adalah peranan Mae dalam mendorong keberhasilan suaminya dalam karir tinjunya. Braddock pernah berkata bahwa ia tidak akan mampu menang tanpa dorongan dan motivasi dari Mae. Sebuah kata-kata sederhana yang sanggup mengubah Braddock yang "lemah" menjadi sosok juara dunia, "Don't Cry...You are a great boxer who never lose!", satu ungkapan sederhana dari seorang Isteri kepada Suaminya yang sanggup mengubah dunia.


Walaupun Cinderella Man adalah film yang sudah "kadaluarsa", namun tidaklah salah kalau kita menonton film ini sekarang...Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali :)


(terima kasih buat seseorang yang telah merekomenadikan film ini, it's a really great movie...!)

2 komentar:

mayamulu mengatakan...

Wedew, bagus banget ulasan filmnya. jadi pengen nonton. btw, itu diambil dari novel dengan judul yang sama bukan sih?jadi pengen baca. tapi yang penting sih sebenernya komentar yang ngulasnya, kayaknya dewasa banget nih..

Anonim mengatakan...

Tom...postingan yg ini bagus...
tapi dikritik istriku
fotonya ga usah di aplot napa...
bisa menurunkan ZNT-istilahnya anak PBB (cuma, kali ini aku plesetin dikit jadi "Zona Nilai Tampang")