Minggu, 28 September 2008

Segelas Air Putih



Jam berapa Nih? Yup waktu sudah menunnjukkan pukul 22.22 WIB. Kepalaku masih saja terasa berat. Maklum saja, migrainku kambuh lagi neh. Sms dari HPku terus saja berdering… mulai dari jarkom, sampe temen yang sekedar mau smsan dan membicarakan segala hal dari A-Z. Karena aku butuh menumpahkan sesuatu agar kepalaku gak berat, makanya aku mencoba buat nulis. Apa aja yang penting nulis.


Kembali aku teringat salah satu kisah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang rela mengorbankan harta terakhirnya berupa kambing untuk dipotong hanya untuk menjamu tamu yang datang kerumahnya. Bagaimana dengan kita sekarang?


Segelas air putih…


Pernah aku datang kesalah satu rumah seorang sahabatku. Mungkin karena dia merasa aku sudah terlalu dekat dengannya (aku mencoba untuk berprasangka baik). Dia sampai-sampai lupa untuk menghormati tamu. Aku hanya disuruh duduk, menunggu, dan pulang tanpa menyuguhkan suatu apapun. Sebenarnya pembantunya sudah menyuguhkan segelas “cup aqua” (sory nyebut merek). Tapi ia sama sekali tidak mempersilahkanku untuk minum dan malah cuek. Aku tidak minta Sirup, air es, Kue, makan siang, atau apapun itu. Aku hanya ingin sebuah penghormatan seperti yang dulu dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW. Caranya? cukup dengan segelas air putih. Semahal itukah segelas air putih? Atau ia malu karena tidak mempunyai apa-apa selain segelas air putih. Kurasa tidak! Apakah ini faktor budaya? Setahuku budaya Timur terutama Indonesia sangat menghormati tamu.


Aku ingat sekali ketika kedua orang tuaku berpesan bahwa kita harus selalu menghormati tamu. Ayahku selalu marah kepadaku ketika ada temanku yang datang dan aku hanya menyuguhkan segelas air putih dingin. Dia selalu menyuruhku untuk membuat teh, kopi, membeli makanan kecil di warung “Bukde Tjepuk”, intinya aku harus menghormati siapa saja yang datang kerumahku tidak pandang siapapun yang datang.


Lalu dimanakan falsafah segelas air putih itu?


Pukul 00.12 WIB…fiuh,aku ternyata ketiduran didepan komputer. Kepalaku sudah agak lebih ringan, tapi aku menjadi susah untuk tidur kembali. Aku butuh segelas air putih untuk menghilangkan dahagaku ini. Tidak bermaksud untuk apapun, hanya mencoba untuk menulis. Jikalau ini dianggap suatau penghinaan aku minta maaf.


2 komentar:

mayamulu mengatakan...

Sabar Tom, kayaknya sih bukan maksudnya tidak mau mempersilahkan atau sengaja cuek. Mungkin saat itu dia lagi ada pikiran. Dia itu lagi pusing, kok namanya air putih, tapi warnanya bening. Nah, daripada salah ngomong, malu, mendingan dia diem aja. hehehe .... ga penting yah.

Nita mengatakan...

Hik, hik, nih kjadian yg kw critain kemaren ye, Tom... Hebat! Lgs jadi bahan tulisan... Emang, banyak nian kjadian shari-hari yg justru mbuat kita mmahami hakikat hidup itu sendiri. Tp, Ntom, inget yee, mumpung di Palembang, gek lebaran aji ke rumah yee... Gek kusuguhi minuman spesial utk kw... Hehehe! (Milih: White water apo banyu putih? Hehehe... Bcanda euy!)