Jumat, 04 Juli 2008

Akhir dari Matrikulasi



IPK-ku Sayang, IPK-ku Malang



Setiap ada awal, pastilah ada akhir. Gua selalu berpegang pada hal ini. Seperti halnya awal dan akhir, setiap perjumpaan akan selalu diakhiri dengan perpisahan. Gak terasa, sudah delapan bulan menjalani hari-hari dikelas Matrikulasi ini. Ada banyak emosi yang tertanam dikelas ini : sedih, senang, marah, tertawa, menangis, kekeluargaan, gugup, panik, rame, konyol, narsis, dan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Intinya, baru kali ini di STAN gua jumpain kelas sesolid ini.


Jam di Handphoneku menunjukkan pukul 14.45. Sudah dari pagi aku menantikan Pengumuman IPK yang berarti juga pengumuman kelulusan. Perasaan di dalam hati bercampur baur, ada rasa gugup, deg-degan, plus sedih. Yup, sedih…Gua mengetahui dari Pak Ketua Kelas bahwa ada dua orang dikelasku yang bakalan terkena Drop Out alias DO.


“Tom, kekampus yuk!”, Apri teman satu kos, satu kelas, plus Pak Ketua Kelasku mengajakku untuk segera berangkat ke kampus, “Pengumuman IPK dah keluar tuh”.


“Ok, bentar ya, gua mo ambil jaket dulu”. Cuaca di luar yang panas membuatku harus memakai jaket. Yup Sudah pukul 15.00, tetapi cuaca siang itu terik banget.


Gua segera mengambil kunci motorku dan tancap gas bersama Apri kekampus. Gua merasa denyut jantungku masih saja berdegup tak beraturan. Gua takut IPK-ku tak sesuai dengan harapanku selama ini. Gua tau bahwa gua telah gagal semenjak UAS berakhir, namun gua masih saja berharap ada sedikit keajaiban. Keajaiban yang bisa membuat IPK-ku sedikit lebih baik.


“Anter kedepan gedung P aja Tom”, Apri mengingatkanku agar membelokan motorku menjauhi tempat parkir yang biasa kami pakai untuk menaruh motor dan berjalan melewati portal menuju gedung P yang pada waktu itu terbuka. Gua sengaja Memberhentikan motor tepat di gedung P agar lebih dekat ketempat pengembalian buku perpustakaan. Pada waktu itu, kami membawa satu kardus besar penuh buku selama satu semester yang kami pinjam diperpustakaan kolektif diSTAN. Perlu dicatat disini, Salah satu keunggulan kuliah di STAN adalah kita mendapatkan pinjaman buku literatur untuk setiap mata kuliah selama satu semester penuh. Diakhir semester, tentu saja buku tersebut harus dikembalikan. Namun, terkadang buku-buku tersebut sudah out of date dan jumlahnya tidak mencukupi sehingga kita harus membelinya sendiri atau mencari pinjaman kepada kakak kelas. Namanya gratis ya pasti ada ajalah kekurangannya.


Segera setelah mengantar Apri, aku bergegas mencari tempat parkir motorku dan sesegera mungkin menuju ketempat pengumuman IPK. Fiuh, berjalan lumayan jauh membuatku lumayan capek. Kayaknya aku butuh banyak olahraga agar staminaku gak loyo kayak gini. Yah, minimal jogging 2 kali seminggu. Namanya juga niat, mewujudkannya itu loh yang susahnya minta ampun. Perasaan niat kayak gini udah dari dulu, Cuma realisasinya itu yang susahnya minta ampun. Alhasil, paling Cuma satu kali sebulan melakukannya. Gimana mau sehat nih, he3!


Gua udah berada tepat didepan papan pengumuman IPK. Gua dengan brutalnya sikut kanan dan kiri agar bisa melihat dengan jelas berapa IPK gua. Segera saja gua screening membaca dari bawah nama-nama yang tercantum disana. Yudi, Wahyudianto, dan … Tomi. Gua memberanikan diri melihat kekolom IPK, sambil mencoba mengatur nafas mendadak kerut diwajahku berubah dan sedikit menampakkan ekspresi kekecewaan, yup ternyata keajaiban itu tidak terjadi.


Ada banyak yang terjadi disamping apa yang gua alami diatas. Dan yang paling membuatku sedih adalah kenyataan bahwa ada dua teman sekelasku yang harus meninggalkan perkuliahan D4. Mereka harus angkat koper lebih awal bak acara Akademi Fantasi di Indosiar karena sms yang mereka dapatkan dibawah kuota yang telah ditetapkan. Perkuliahan di STAN emang terbilang kejam dan tanpa kompromi. Tidak boleh ada nilai D, tidak ada semester pendek atau apapun itu untuk memperbaiki IP, dan IPK komulatif harus diatas 2,75. Preasure yang menurut gua memaksa mahasiswanya untuk menjadi seperti robot dan bekerja semaksimal mungkin. Itu sebabnya sebagian mahasiswa STAN itu kaku, seperti gua kali ya.


Balik keteman sekelas gua tadi. Salah satu teman sekelas gua yang terkena DO pada pagi hari sebelum pengumuman IP, baru saja memperoleh rezeki dari Allah. Isterinya baru saja melahirkan anak kedua mereka. Dua sisi mata uang yang saling bertolak belakang. Kegembiraan dan kesedihan datang disatu waktu yang berdekatan. Dulu gua pernah berfikir, Mengapa Allah menciptakan Kesedihan, sakit, miskin dan penderitaan? Akhirnya pertanyaanku terjawab sudah. Allah menciptakan kesedihan agar orang bisa merasakan kegembiraan, nikmatnya sehat baru bisa kita rasakan seseungguhnya setelah kita sembuh dari sakit, orang kaya baru bisa merasakan mereka kaya karena ada orang yang lebih miskin dari mereka, dan penderitaan harus kita alami kalau kita mau merasakan kesuksesan. Allah tidak mungkin menurunkan emas begitu saja dari langit, segala sesuatu itu harus kita perjuangkan. Bukankah “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum terkecuali mereka mengubahnya sendiri”. Dan prinsip ini sampai sekarang masih gua pegang, prinsip bahwa hidup adalah perjuangan.


Hari yang panjang ini ditutup dengan berkumpulnya anggota kelas B disudut ruang gedung L. Anak-anak matrikulasi B terlihat menumpuk buku pinjaman disalah satu sudut pelataran gedung tersebut untuk kemudian dikembalikan. Mereka sesekali mengeluarkan celetukan khas kelas dan tertawa renyah. Atika dengan sibuknya mengumpulkan uang sumbangan untuk nikahannya Dino dan kelahiran anak dari Mas Tri. Senangnya yang sudah berkeluarga, ada yang baru nikah dan ada yang baru punya anak (Gua kapan ya? Ada yang mau gak?, he3). Dari raut muka masing-masing anak kelas, ada yang sedih, ada yang gembira, namun juga ada yang hambar tanpa ekspresi. Sulit sekali menyelami apa yang mereka rasakan setelah pengumuman IPK. Walaupun terkadang katanya aku bisa melihat perasaan seseorang dari matanya. “Eyes can’t cheat”.


Jam telah menunjukkan pukul 16.50, sudah sore juga rupanya. Semua buku pinjaman pun telah dikembalikan. Obrolan yang sudah ngelantur kemana-mana itupun harus diakhiri. Yup, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, inilah terakhir kalinya aku bisa melihat anak-anak matrikulasi B berkumpul sebagai suatu kesatuan kelas. Kalaupun nanti berkumpul lagi, situasinya akan beda karena masing-masing telah memiliki kelas yang berbeda. Perlahan tapi pasti, satu dua orang mulai meninggalkan gedung L. Terlihat masih ada temen-temen matrikulasi A yang baru saja akan mengembalikan buku pinjaman mereka. Gua kemudian melangkahkan kaki meninggalkan gedung L bersama Apri, kayaknya aku harus istirahat lebih awal malam ini. Hari ini merupakan hari yang berat bagiku,fiuh…


Semester lalu telah berakhir, dan semester depan menanti didepan mata untuk dijalani. Menatap semester depan tentunya dengan kelas yang berbeda. Tidak ada lagi matrikulasi B, tidak ada lagi penghinaan dari teman satu kosku yang menyatakan bahwa aku belum resmi masuk D4, tidak ada lagi lelucuan khas anak-anak matriks B lagi, tidak ada lagi ibu-ibu arisan Matrikulasi. Semua berganti dengan kelas baru yang semoga sekompak dan serame kelas matrikulasi ini. Semuanya karena : Matrikulasi Telah Berakhir.




Farewell Party Mas Fuad



Sabtu, 5 Juli 2008 mendadak sms dari HPku berbunyi. Sebuah sms jarkom dari Cobain yang menyatakan akan diadakan pertandingan futsal perpisahan dengan Mas Fuad pada hari ini pukul 11.00 WIB. Yah, semacam Farewell party gitu. Seperti yang telah gua sebutkan, bahwa ada dua orang yang terpaksa harus meninggalkan perkuliahan lebih awal dikarenakan faktor IPK yang tidak mencukupi. Salah satunya adalah Mas Fuad ini. Sedih rasanya buat berpisah dengan Mas Fuad. Dia orangnya Pintar, baik, rame, lucu dan yang aku gak nyangka adalah bahwa Mas Fuad memiliki pengetahuan agama Islam yang sangat luas. Mungkin faktor force major, yang sulit buat aku jelaskan disini, yang merupakan sebab kegagalan Mas Fuad di D4 ini.


Balik ke pertandingannya tadi, aku terlebih dulu harus kekampus untuk suatu urusan dan bersama Dany menuju ke Kick Off tempat pertandingan Farewell party dilakukan. Pertandingan telah dimulai, mungkin karena udah males buat ganti baju dan pertandingan akan segera berakhir, aku memutuskan untuk tidak ikut main dan memilih untuk jadi penonton saja. Kulihat anak-anak bermain dengan semangat sekali dan tidak tampak seperti biasanya terlebih-lebih Mas Fuad yang bermain ngotot dan membukukan beberapa gol. Pertandingan kemudian berakhir imbang 11-11. Akhir yang cukup fair kalo menurut saya.


Acara kemudian ditutup dengan sesi pemotretan (dasar banci foto). Karena tidak membawa kamera, saya hanya menggunakan kamera Handphone yang berkekuatan 1,3 Megapiksel (Kasian deh lho). Tapi cukuplah untuk mengabadikan momen yang menurut saya jarang terjadi dan saya harapkan tidak akan pernah terjadi lagi.


Selamat Jalan, Mas Fuad! Semoga kesuksesan menanti di tempat yang baru, doa kami dari anak-anak eks matrikulasi B selalu menemani…!



Aqiqah anak Mas Tri



Sore hari di Plasma, tepatnya pada hari minggu tanggal 6 Juli 2008 pukul 15.00 anak-anak matrikulasi B kembali berkumpul dan menunjukkan kekompakannya. Hari ini ada acara aqiqah putera dari Mas Triyanto di Cengkareng. Jauh bukan? Sedih juga harus lagi-lagi berpisah dengan Mas Tri, salah satu anggota kelas yang terpaksa harus meninggalkan D4 lebih awal selain mas Fuad tadi. Semula pemberangkatan akan dilakukan pada pukul 15.00, namun sembari menunggu Mas Yudi dan waktu Ashar tiba, keberangkatan terpaksa dimundurkan menjadi pukul 15.30. Ada 15 orang yang ikut didalam konvoi 6 motor plus satu mobil tersebut yaitu Apri, Tomi, Mike, Nanang, Mas Henry, Mas Ronny, Cobain, Yeyek, Tejo, Nugroho, Mas Eko, Mas Fuad (penunjuk jalan), dan Mas Yudi beserta Isteri dan anaknya.


Perjalanan dimulai dari plasma menuju arah ceger. Dari gerbang STAN ceger, motor dibelokkan kekiri kearah Tamanmangu terus melesat kearah Jombang Raya. Dengan kecepatan sedang, rombongan konvoi lalu menuju ke Ciledug, neraka kemacetan. Beruntung hari Minggu membuat kemacetan yang terjadi tidak terlalu parah. Dari Ciledug motor berbelok kekiri menuju arah Cikokol, menurut saya medan paling berat adalah perjalanan ketika menuju Cikokol ini. Jalan sempit dengan volume kendaraan yang berlebih memaksa kecepatan motor tidak maksimal dan sering terhenti dititik-titik kemacetan tertentu. Dari simpang Cikokol, kemudian kami berbelok kekanan menuju Cengkareng. Sempat terjadi insiden kecil yang cukup menggelikan disini dimana sang navigator, Mas Fuad, memaksa rombongan untuk menembus jalan satu arah. Pak Polisi pun bereaksi dengan memperingatkan kami, untung saja tidak ditilang. Fiuh… Perjalanan satu jam setengah berakhir disebuah rumah mungil di Cengkareng. Rumah di sebuah komplek tepat didepan pintu belakang Bandara Soekarno Hatta. Dari sini kita bisa dengan jelasnya melihat pesawat berukuran besar yang sedang mendarat. Ada hikmahnya ikut ke tempat Mas Tri ini. Saya jadi tau alternatif jalan ke bandara selain melalui tol. He3!


Acara aqiqah sendiri berjalan dengan lancar. Makan Tengkleng kambing adalah acara terakhir yang kami lakukan ditempat Mas Tri sebelum akhirnya Sholat Maghrib dan bersiap meninggalkan tempat acara aqiqah. Dalam hati, saya sempat berfikir bagaimana beratnya perjuangan Mas Tri ke kampus STAN dari Cengkareng. That’s a far distance, jauh banget. Wajar apabila Mas Tri sempat tidak bersemangat untuk melanjutkan kuliah dan ini menjadi salah satu pemicu kenapa Mas Tri bisa terkena DO. Saya dan teman-teman eks matrikulasi B lagi-lagi hanya bisa berdoa semoga mas Tri mendapatkan kesuksesan di tempat yang baru… Amin.


Motor yang dikendarai oleh Apri pun meluncur menjauhi Cengkareng. Perasaan sedih dan gembira bercampur aduk, mungkin ini yang terbaik bagi Mas Tri.


“Cover me, Aaa Negative, Affirmative!”, nada suara pesan masuk di Handphone-ku. Kubuka isi pesan yang baru saja masuk ditengah kencangnya motor yang dikendarai oleh Apri.


“Loh, kita kan temen Tom. Kamu bilang aku sahabat kamu dari kecil. Jadi, ganggu yang mananya? Ya, udah It’s ok. Aku gak akan ganggu-ganggu kamu lagi. Makasih untuk semuanya.”


Sebuah pesan singkat…Aku baru saja kehilangan seorang sahabat.


Akhir dari Matrikulasi, sebuah penceritaan…!




7 komentar:

Anonim mengatakan...

YaH tOM...
kalo IPK kumulatif harus di atas 3,75, aku ya sudah di DO...
jangan dong...udah terlanjur D4 kok ga diseleseiin.

Anonim mengatakan...

YaH tOM...
kalo IPK kumulatif harus di atas 3,75, aku ya sudah di DO...
jangan dong...udah terlanjur D4 kok ga diseleseiin.

Anonim mengatakan...

ehhh...uda direvisi ya tulisannya.
yup...tomi gitu loh

Nies mengatakan...

gonna miss matriks B...kapan ye kito sekelas lagi?huhuhu..dak katek kawan ngobrol lagi dikelas...
tetep semangat tom...aku percaya tomi mampu melalui matriks dengan hasil terbaik...semangat tom...kito pasti biso kalo kito nak berusaha....

Anonim mengatakan...

Duh Tomi, melankolis juga. bisa aja kalo cerita soal temen2. ceritanya begitu seru, mengharukan, dramatisir, menegangkan, pokoknya wow deh ...
tapi soal "tidak ada lagi ibu-ibu arisan Matrikulasi", catet, kami tidak pernah arisan, bukan arisan. adanya "ibu-ibu makan2 n jalan2 matrikulasi".tidak ada lagi?! lupa, bukannya kemaren kita baru makan2, ikut juga kan jeng?!

Anonim mengatakan...

.....tidak ada lagi ibu-ibu arisan Matrikulasi....
siapa yg dimaksud ibu2 arisan itu mas??????
gak trima aku!!!!
kita gak pernah arisan tau!
aku juga lum jadi ibu2 tau!!!
enak aja!!!!
catet!!!!

tapi bagus koq mas tulisannya...keren...keren... (jangan narsis!!!) sip!

Anonim mengatakan...

“Loh, kita kan temen Tom. Kamu bilang aku sahabat kamu dari kecil. Jadi, ganggu yang mananya? Ya, udah It’s ok. Aku gak akan ganggu-ganggu kamu lagi. Makasih untuk semuanya.”
siapa nih?
Tomi tega.