Minggu, 21 Desember 2008

Selamat Datang di Pangkal Pinang

Lapangan Merdeka dan Jalan Utama


Liburan memang selalu menyenangkan. Terlebih apabila kita berlibur di tempat yang sama sekali baru bagi kita. Tanggal 3 Desember kemaren, aku diajak oleh teman baikku Zui, untuk menginap di tempat kakaknya di Pangkal Pinang. Tanpa berfikir panjang akupun mengatakan iya karena aku memang sudah lama ingin mengunjungi Pulau Bangka tersebut. Apa saja yang bisa di ceritakan dari pulau diutara Sumatera Selatan ini? Ada beberapa hal yang bisa kuceritakan dari Bangka terutama Pangkal Pinang ini…

Kota Pangkal Pinang

Tata kota Pangkal Pinang sebagai ibukota dari provinsi Bangka Belitung (Babel) kalau dilihat secara sekilas hampir serupa dengan Prabumulih, salah satu daerah di Sumatera Selatan. Berdasarkan infrastruktur yang dimiliki oleh Pangkal Pinang, kota ini bisa disebut sebagai suatu kota kecil. Jalan-jalan utama yang hanya terdiri dari dua jalur kecil. Sebagai perbandingan, jikalau truk kontainer pengangkut peti kemas lewat dijalan utama ini, pastilah akan memakai ¾ dari lebar jalan yang ada. Pusat perbelanjaan utama hanya ada dua yang terbesar yaitu “Ramayana” dan “Tebing” tanpa dilengkapi oleh fasilitas bioskop. Padahal bioskop dapat menjadi sarana hiburan alternatif yang lebih baik bagi warga disana dibandingkan jika meraka menghabiskan waktu di pub, diskotik, atau sarana hiburan malam lainnya. Lapangan merdeka ditengah-tengah kota Pangkal Pinang berfungsi selayaknya alun-alun utama kota yang selalu ramai disore hari walau belum difasilitasi dan dikelola secara optimal. Sarana tempat Ibadah yang ada cukup banyak jenisnya diantaranya Mesjid, Gereja dan Vihara/Kelenteng karena pada dasarnya masyarakat Bangka merupakan masyarakat yang majemuk.

Pulau Bangka-Belitung dulunya dan mungkin masih merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Namun seperti yang diceritakan di novel Laskar Pelangi, kejayaan Bangka-Belitung sebagai penghasil timah terbesar tidak sejalan dengan keadaan masyarakatnya. Cerminannya adalah kota Pangkal Pinang sebagai ibukota provinsi dari Babel. Memang sebagai salah satu provinsi baru yang masih belum lama lepas dari provinsi Sumatera Selatan, Babel memang memerlukan waktu yang lebih untuk berbenah diri agar menjadi ibukota provinsi yang lebih maju dari sekarang.

Wisata Kuliner

Otak-otak, Ikan Jebung dan Pindang Udang


Bangka sebagai provinsi kepulauan tentunya memiliki makanan khas yang tidak jauh dari makanan yang berbahan baku makanan laut/seafood. Sama halnya seperti Palembang, salah satu makanan khas Bangka adalah otak-otak dan Pindang. Otak-otak disini terkadang lebih mirip seperti pempek dimana perbedaannya hanya terletak pada cuka (kuahnya). Sedangkan pindang sama halnya seperti pindang di Palembang yang juga mencampurkan nanas sehingga rasanya sedikit asam dan pedas. Perbedaannya mungkin dari segi bahan baku utama karena bahan baku utama pindang Palembang berasal dari ikan sungai sedangkan Bangka menggunakan bahan-bahan yang didapatkan dari laut seperti Udang. Makanan lainnya yang khas adalah ikan Perisi dan ikan Jebung yang hanya terdapat di perairan Bangka. Bagaimana dengan kerupuknya? Perbedaan kerupuk Bangka adalah bahan bakunya yang lagi-lagi berasal dari laut seperti udang dan cumi-cumi walaupun beberapa kerupuk jenis getas ada yang berbahan baku ikan tenggiri, sama seperti di Palembang. Adakah makanan khas daerah lain? Untuk Anda yang berasal dari seberang Sumatera, makanan khas Jawa juga dapat dengan mudah kita jumpai disini, seperti Pecel Lele, soto, tempe penyet, ataupun ayam bakar. Satu hal yang aku cermati disini lainnya adalah mudahnya memperoleh minuman beralkohol. Dari beberapa restoran yang kukunjungi disini seperti B2, Asui, dan lain-lain…mereka menyediakan minuman beralkohol. Mungkin karena masyarakat yang lebih majemuk yang kebanyakan dari etnis Tionghua menyebabkan permintaan akan minuman beralkohol lumayan tinggi.


Tempat Wisata


Kalau berbicara tentang tempat wisata, Babel tidak bisa di pisahkan dari pantai-pantainya yang indah. Tiga pantai yang sempat aku kunjungi disana yaitu Pasir Padi, Parai dan Matras.


Pose dulu di Pasir Padi :)

Pasir Padi


Pasir Padi merupakan pantai pertama yang aku kunjungi. Pantai ini merupakan pantai yang lumayan indah. Berada di pantai ini membuat pikiranku serasa teduh, apalagi bila disertai dengan meminum es kelapa muda yang banyak dijual disini…pasti tambah nikmat. Namun pantai ini tidak dikelola dengan baik dan terlihat kotor padahal sudah jelas-jelas ada peringatan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Disini juga tidak terlihat souvenir khas yang dijual padahal menurutku pangsa pasarnya lumayan menjanjikan. Pantai yang merupakan pantai favorit Sandra Dewi (artis) selain dari Pantai Parai ini tidak seperti ekspektasiku akan indahnya pantai-pantai di pulau Bangka.


Parai...Sudah dikelola dengan baik


Pantai Parai


Tidak salah Parai dijadikan pantai favorit Sandra Dewi, pantai yang terletak di Sungai Liat ini memang sangat Indah dan luar biasa. Pantai ini sangat Worthed jika dijadikan sebagai tempat untuk berbulan madu sebagai alternatif selain dari Bali. Mungkin karena telah dikelola dengan baik dan tidak gratis untuk dapat masuk ke pantai ini. Pantai Parai memang sudah dikelola oleh pengusaha hiburan terkenal disini. Fasilitasnya lengkap mulai dari tempat penginapan yang berkelas, restoran, kamar kecil, kolam renang, perahu, banana boat, ataupun fasilitas-fasilitas hiburan lainnya. Namun untuk menikmatinya tentu saja kita harus menguras kocek yang tidak sedikit. Pokonya Parai adalah pantai yang cukup recommended sebagai tempat berlibur.


Matras


Matras terletak tidak jauh dari Parai. Pantai ini dapat ditempuh kurang dari 10 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor dari Parai. Kalau diibaratkan sebagai iklan di TV, Parai adalah yang terawat dan Matras adalah yang tidak terawat. Sebenarnya Matras adalah pantai yang cukup indah. Namun lagi-lagi karena kurangnya pengelolaan dari dinas terkait, pantai ini menjadi terlihat tidak terawat. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari pantai ini, tetapi kalau dilihat dari minimnya fasilitas yang tersedia, pantai ini sama seperti pantai pasir padi didaerah Pangkal Pinang.


End of The Traveller’s Tale


Foto bareng Zui, Aulia, Hadi dan Gana


Hadi dan Gana :)

Tak terasa sudah seminggu aku disini, tanggal 10 Desember aku harus balik lagi ke Palembang…cukup banyak suka duka selama aku disini. Terima kasih buat temen-temen yang sudah menemaniku liburan disini. Aulia, Hadi dan Gana, serta terutama buat Zui dan Keluarganya tempatku bernaung selama di Pangkal Pinang. Terima kasih karena telah menunjukkan kepadaku betapa indahnya Bangka dan pangkal Pinang itu. Buat Hadi dan Gana…Kapan Ngundang-ngundangnyo? Kapan lagi?…Kantor lah sebelahan,he3! Liburanku akhir tahun ini sengat menyenangkan…Selamat Datang di Pangkal Pinang.


Palembang, 12 Desember 2008

4 komentar:

Master Mister of Mischa mengatakan...

bangka is the beautiful island..
jadi pengen pulang uey...

kebenaran mengatakan...

Jamu psikologi kunjungi www.setansatan.blogspot.com jamu memang pahit

Nies mengatakan...

baju baru tom yg garis2 item? dak pernah liat tuh sebelumnyo..hehe... btw...aku kapan ye biso nyusul jalan2 ke bangka? ado yg nak ngasih kado akomodasi ke bangka dak yee??? *ngarep mode on* :P

Anonim mengatakan...

Bangka ok punya