Selasa, 30 Desember 2008

Operator "Yang Baik Hati"

Makin hari, makin banyak aja cara yang dipakai operator telepon agar produk mereka laku dipasaran. Segala macam cara dilakukan,mulai dari yang baik dan beretika sampai saling menjelek-jelekan dan menjatuhkan kompetitornya.


Lucu rasanya ketika Esia mengiklankan produknya dengan cara menjatuhkan lawan mainnya seperti Simpati, XL, dan Mentari. Si Merah pencerminan Simpati, si kuning sebagai Mentari dan si hijau dianalogikan sebagai operator seluler XL. Mentari menjawab dengan program si Nol rupiahnya. XL tak mau kalah, slogan Tong kosong nyaring bunyinya serta iklan kambing dan monyet pun dipaksa kawin dengan manusia (Emang ada yang mau) digelontorkan agar menarik konsumen memakai produk XL. Flexi seolah tak mau kalah, dengan membuat program iklan bicara rata-rata 3 menit dan tarif flat Rp. 49/menit kesemua pengguna flexi seluruh Indonesia dengan menekan nomor 01017 sebelum kita menelpon kenomor flexi yang dituju diluar kota membuat flexi mengukuhkan diri sebagai operator CDMA terbesar dengan jaringan yang tersebar ke pelosok-pelosok nusantara.


Bagaimana dengan Simpati? Program Simpati Pede saya yakin akan membuat pengguna Simpati berfikir ulang untuk meninggalkan operator GSM terbesar di tanah air ini. Siapa yang mau mendebat kehebatan sinyal Simpati? Anda boleh mencoba kedahsyatannya ketika naik bis dari Jakarta ke Palembang. Dari Jakarta melewati Selat Sunda, hutan, perkebunan, sinyalnya selalu ada. Gua bandingkan dengan temenku yang terpaksa harus meminjam Handphone-ku karena Hapenya gak bisa dipakai. Kasian deh lho! Pilih provider kok yang Cuma hidup kalo kita ada dikota doang. Itu namanya bukan Handphone tapi City Handphone,he3! Sory buat yang tersinggung :p


Bermacam cara dilakukan untuk memperkenalkan produknya dan menjaring konsumen. Ada yang dengan cara menjegal operator lain lewat iklan, banting harga, produk-produk yang makin inovatif, sampai pemberlakuan tarif yang bikin kepala mumet. Tapi kalo diliat tim marketing mana yang terbaik, aku akan memilih XL. Operator yang semula tidak diperhitungkan, sekarang sudah bisa menyaingi indosat dalam hal jumlah konsumen dan sekarang sudah menjadi top 3 operator seluler di Indonesia. Merekalah tim marketing yang pertama kali memperkenalkan sistem nelfon murah (XL Bebas) dan SMS murah (XL Jempol). Mereka memilih untuk memperkecil margin keuntungan dan melakukan program ekstensifikasi terhadap pelanggan baru. Jadi, margin keuntungan yang kecil dapat ditutupi dengan peningkatan jumlah pelanggan. Strategi yang menurutku cukup menarik dan tidaklah mengherankan kalau strategi ini diadopsi oleh kebanyakan operator seluler di Indonesia sekarang sehingga menyebabkan terjadinya perang tarif.


Operator seluler semakin hari semakin menjamur, sedangkan kue bisnis tidaklah berubah. Murah…adalah satu kata yang diusung oleh kebanyakan operator seluler baru. Lalu bagaimana dengan kualitas? Ujung-ujungnya mah sama saja, ada kualitas berarti ada harga. Nelpon emang semakin murah, tapi jaringannya sibuk terus. Call droped harus dialami para pelanggan. Aku pribadi agak kesal ketika provider Starone atau Flexi yang kugunakan tidak bisa digunakan untuk menelpon rumah karena jaringan yang sibuk. Atau ketika Provider Esia yang tiba-tiba saja terputus pada menit ke-30 padahal kalo sampe 1 jam bisa dapet talk time sebesar Rp. 2.200 :p . Murah harus diimbangi kualitas dong…Itu intinya.


Kalau dilihat lagi dari konsep bisnisnya, kebanyakan operator baru hanya memfokuskan pada nature pemakaian ponsel yaitu menelpon dan SMS. Cakupannya pun hanya sebatas inter koneksi, padahal mereka baru memiliki sedikit pelanggan. Hanya sedikit operator yang berani untuk menurunkan biaya telpon antar koneksi, itupun masih mahal menurutku. Selain dari strategi ‘antar koneksi’, kedepannya operator seluler juga harus mampu menyedikan koneksi internet murah, menegaskan core bisnisnya (apakah untuk anak muda, eksekutif muda, dan golongan masyarakat tertentu? ), dan memperkuat image-nya di masyarakat agar tetap dapat bertahan ditengah kemunculan operator-operator baru dan mengatasi perang tarif yang semakin tidak sehat dengan mengesampingkan kualitas yang diberikan kepada pelanggan mereka.

Tidak ada komentar: